Reza Pahlavi Umumkan Kesediaan Mengambil Alih Kekuasaan di Iran

Reza Pahlavi Umumkan Kesediaan Mengambil Alih Kekuasaan di Iran

youngthink.id – Reza Pahlavi, dikenal sebagai ‘Putra Mahkota Iran’, menyatakan kesiapannya untuk mengambil alih kekuasaan dari Ayatollah Ali Khamenei. Dalam wawancaranya di Paris, ia meminta dukungan negara-negara Barat untuk mendukung perubahan rezim di Iran.

Setelah 46 tahun hidup di pengasingan, Pahlavi merasa saat ini adalah peluang terbaik untuk menggulingkan rezim yang dipimpin Khamenei dan menganggap tindakan militer perlu dilakukan untuk menyingkirkan aparat pendukung kediktatoran.

Pengumuman Ambisi Pahlavi

Dalam konferensi pers yang berlangsung pada 23 Juni 2025, Reza Pahlavi menyatakan niatnya untuk memimpin rakyat Iran melawan kediktatoran Khamenei. Ia menyampaikan, “Saya ada di sini pada hari ini untuk menyerahkan diri kepada rekan-rekan senegara saya untuk memimpin mereka di jalan perdamaian.”

Pahlavi meminta masyarakat internasional, khususnya negara-negara Barat, untuk memberikan dukungan kepada rakyat Iran dalam upaya menggulingkan rezim Khamenei. Ia menekankan pentingnya tindakan militer untuk mempercepat kejatuhan Khamenei dan menyelesaikan masalah yang ada di Iran.

Sikap Terhadap Konflik dan Diplomasi

Meski Amerika Serikat dan Israel tidak secara resmi menginginkan perubahan rezim, Pahlavi percaya bahwa tindakan militer akan menjadi solusi yang efektif untuk menyudahi kediktatoran Khamenei. Ia menyatakan, “Peluangnya sangat besar” untuk menggulingkan rezim Khamenei pada akhir tahun ini.

Pahlavi mengkritik sikap negara-negara Barat yang lebih memilih deeskalasi konflik dan mengajak kembali ke meja perundingan. Menurutnya, “Perundingan adalah sia-sia karena rezim ini telah membuktikan berkali-kali bahwa mereka tidak akan pernah mengubah perilakunya.”

Dukungan dan Kritik terhadap Pahlavi

Pahlavi mendapat dukungan besar dari kalangan penganut monarki, tetapi juga menerima banyak kritik dari mereka yang menolak kembalinya sistem monarki di Iran. Aktivis oposisi sering mengingatkan catatan masa lalu Pahlavi yang dianggap keras dan represif.

READ  Status dan Harapan Pengibaran Bendera Aceh

Selama empat dekade lebih di pengasingan, Pahlavi terus berjuang untuk perubahan dan kini melihat momen ini sebagai kesempatan untuk mengadvokasi posisinya secara resmi. Konflik yang meningkat antara Iran dan Israel, yang dimulai pada 13 Juni, menambah ketegangan dan menjadikan Pahlavi kembali menjadi sorotan internasional.

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *