Pertemuan Trump dan Putin: Langkah Maju Tanpa Kesepakatan Konkrit

Pertemuan Trump dan Putin: Langkah Maju Tanpa Kesepakatan Konkrit

youngthink.id – Presiden AS Donald Trump dan Presiden Rusia Vladimir Putin telah menyelesaikan pertemuan bilateral di Alaska pada Jumat (15/8) waktu setempat. Pertemuan yang berlangsung selama hampir empat jam ini bertujuan untuk membahas konflik Rusia-Ukraina dan sejumlah isu global lainnya.

Setelah pertemuan, kedua pemimpin menggelar konferensi pers dimana Putin lebih dulu menyampaikan pernyataan, sebuah langkah yang melanggar tradisi yang ada. Meski mengklaim ada kemajuan, kedua pemimpin tidak berhasil merumuskan kesepakatan konkret.

Langgar Tradisi dalam Konferensi Pers

Dalam konferensi pers pasca pertemuan, Putin menyatakan bahwa hubungan Rusia dan AS telah memburuk dalam beberapa tahun terakhir. Biasanya, presiden AS yang menjadi tuan rumah akan mengawali pernyataan, namun kali ini Putin mengambil giliran pertama.

Penggunaan langkah ini menunjukkan dinamika hubungan antara kedua negara yang mungkin telah mempengaruhi etiket dalam hubungan diplomatik. Hal ini menciptakan suasana yang berbeda dibandingkan pertemuan serupa sebelumnya.

Kemajuan Tanpa Kesepakatan

Kedua pemimpin menyampaikan bahwa mereka mencapai beberapa kesepahaman terkait konflik di Ukraina, dengan harapan itu dapat membuka jalan menuju perdamaian. Putin menekankan bahwa harapan tersebut mungkin dapat dicapai melalui kolaborasi yang lebih baik antara kedua negara.

Namun, tidak ada terobosan baru atau kesepakatan konkret yang dihasilkan dari KTT ini. Ini menjadi sorotan mengingat harapan besar yang biasanya muncul dari pertemuan tingkat tinggi.

Kegiatan Setelah Pertemuan

Sesi pertemuan berlangsung dalam suasana yang positif dan saling menghormati, di mana tampak ada upaya untuk menciptakan dialog konstruktif. Menariknya, Putin juga mengambil waktu untuk meletakkan bunga di makam tentara Soviet di Alaska setelah pertemuan, sebagai penghormatan terhadap mereka yang telah berkorban.

Setelah pertemuan, Trump kembali ke Washington menggunakan pesawat kepresidenan Air Force. Perjalanan pulangnya berlangsung cepat, menunjukkan bahwa tidak adanya kesepakatan konkret mungkin menjadi salah satu alasan untuk segera kembali.

READ  Tragisnya Kecelakaan Pendaki Brasil di Gunung Rinjani

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *