youngthink.id – Jalur Gumitir yang menghubungkan Kabupaten Jember dan Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, kini resmi ditutup untuk perbaikan infrastruktur dan diperkirakan akan berlangsung hingga 24 September 2025. Penutupan ini menyebabkan kemacetan yang signifikan dan gangguan pada mobilitas masyarakat, terutama dalam distribusi BBM dan LPG di daerah terdampak.
Dampak terbesar dirasakan oleh ratusan stasiun pengisian bahan bakar (SPBU) yang beroperasi di sekitar jalur tersebut. PT Pertamina (Persero) mengumumkan penyesuaian distribusi energi untuk mencegah dampak lebih lanjut terhadap masyarakat dan sektor bisnis.
Dampak Penutupan Jalur Lingkungan Sekitar
Penutupan Jalur Gumitir berimbas pada aktivitas distribusi BBM dan LPG, dengan terdapat 8 SPBU di Bondowoso dan 41 SPBU di Jember yang terkena dampak. Kondisi ini menciptakan tantangan besar bagi penyediaan energi di daerah tersebut.
Akibatnya, PT Pertamina melakukan langkah-langkah mitigasi untuk memastikan pasokan energi tetap tersedia di tengah situasi sulit ini. Penyusunan rencana distribusi alternatif menjadi penting untuk mengurangi dampak negatif yang mungkin terjadi.
Upaya Pertamina Mengatasi Krisis Distribusi
PT Pertamina melalui Pertamina Patra Niaga telah mulai memetakan jalur alternatif pasokan energi sejak pertengahan Juli, jauh sebelum penutupan jalur efektif. Area Manager Communication, Relations & CSR Pertamina Patra Niaga Jatimbalinus, Ahad Rahedi, menginformasikan bahwa mereka akan menggunakan rute alternatif yang melewati Banyuwangi ke Situbondo, kemudian menyusuri Arak-Arak menuju Bondowoso dan Jember.
Dengan adanya perubahan rute, waktu perjalanan dipastikan akan meningkat drastis, dari yang semula 4 jam menjadi 11 jam. Pertamina pun melakukan koordinasi dengan Satlantas dan Polres setempat untuk memberi prioritas kepada kendaraan yang mengangkut BBM dan LPG agar tidak terjebak kemacetan.
Solusi dan Rencana Jangka Panjang
Ahad Rahedi juga mengungkapkan bahwa sebanyak 79 mobil tangki bantuan telah disiapkan dari berbagai daerah, seperti Banyuwangi, Surabaya, dan Malang. Setiap mobil tangki ini dirancang untuk membawa maksimal 24 KL guna menghindari kelebihan beban pada jalan alternatif yang kini dilalui.
Selain itu, Pertamina juga melibatkan Tuban dan Madiun untuk mendukung kelancaran normalisasi distribusi energi di wilayah terdampak. ‘Terdapat upaya bahwa semua rencana ini akan mendukung kelancaran penyaluran energi,’ tutup Ahad.