youngthink.id – Khamzat Chimaev, juara dunia kelas menengah UFC, memiliki target ambisius untuk menjadi juara di tiga kelas berbeda. Namun, perjalanan menuju tujuan tersebut diwarnai berbagai rintangan yang harus ia hadapi.
Setelah berhasil tampil mengesankan melawan Dricus Du Plessis, Chimaev kini bersiap menghadapi tantangan yang lebih besar. Ada empat hambatan signifikan yang mengancam impiannya untuk menggenggam lebih dari satu sabuk juara.
Menjaga Batas Bobot Kelas Welter
Chimaev memasuki dunia UFC di kelas welter, tetapi menghadapi kesulitan dalam menjaga batas bobot. Momen palng mencolok adalah ketika pertandingannya melawan Nate Diaz di UFC 279 harus dibatalkan karena ia kelebihan bobot sebesar 3,4 kg.
Insiden ini menggambarkan tantangan besar yang harus dihadapi Chimaev jika ingin kembali ke kelas welter. Menjaga berat badan ideal tanpa mengorbankan power dan massa otot menjadi tugas yang sangat krusial untuk rencananya merebut gelar juara di kelas tersebut.
Tantangan di Kelas Light Heavyweight
Setelah menunjukkan kemampuan tak tertandingi di kelas welter dan menengah, tantangan baru menanti Chimaev di kelas light heavyweight. Di sini, ia akan berhadapan dengan kebutuhan untuk menaikkan bobot dan massa otot agar dapat bersaing dengan petarung lainnya.
Bahkan, perbedaan sekitar 10 kg antara batas bobot kelas menengah dan light heavyweight memberikan tekanan tambahan bagi Chimaev. Menghadapi petarung dengan kekuatan dan ukuran berbeda pasti menjadi penghalang tersendiri baginya.
Jadwal Pertandingan UFC dan Kesehatan
Ambisi Chimaev untuk menjadi juara di berbagai kelas sangat bergantung pada kebijakan UFC dan penyusunan jadwal yang dilakukan oleh Dana White. Mengingat usia Chimaev yang kini 31 tahun, kesempatan bertanding yang cepat menjadi krusial agar ia tidak kehilangan momentum dalam karier.
Di sisi lain, kesehatan menjadi perhatian tersendiri bagi Chimaev. Setelah terinfeksi Covid-19, ia mengalami sejumlah masalah kesehatan yang terkadang menghambat kemampuan bertandingnya.