youngthink.id – Dalam situasi berbahaya, tubuh manusia bereaksi dengan cepat untuk melindungi diri. Mekanisme ini melibatkan berbagai respons fisiologis dan psikologis yang terjadi hanya dalam hitungan detik.
Proses Reaksi Pertama: Merasakan Ancaman
Ketika menghadapi situasi berbahaya, langkah pertama yang dilakukan manusia adalah merasakan ancaman melalui indera, seperti penglihatan dan pendengaran. Informasi ini kemudian diproses oleh otak melalui amygdala, yang berfungsi sebagai pusat pengolahan emosi.
Proses ini berlangsung sangat cepat, kurang dari satu detik. Otak mengirimkan sinyal ke bagian tubuh lainnya untuk mempersiapkan reaksi, termasuk meningkatkan detak jantung dan aliran darah ke otot.
Reaksi Fisiologis: Fight or Flight
Setelah amygdala mengenali ancaman, tubuh mengaktifkan fase ‘fight or flight’. Dalam tahap ini, tubuh bersiap untuk melawan atau melarikan diri dari bahaya.
Hormon stres seperti adrenalin dan kortisol mulai dilepaskan, meningkatkan kewaspadaan dan memberdayakan tubuh. Sebagai contoh, ketika dihadapkan dengan anjing liar, tubuh kita siap untuk memberikan reaksi cepat.
Peran Sistem Saraf dalam Kecepatan Reaksi
Sistem saraf memiliki peran penting dalam mengatur reaksi tubuh saat menghadapi bahaya. Jalur saraf segera mengirimkan sinyal ke otot, memungkinkan kita bereaksi secepat mungkin, seperti melompat atau berlari.
Kecepatan reaksi ini dapat bervariasi antar individu tergantung pada faktor seperti usia dan kondisi fisik. Namun demikian, penelitian menunjukkan bahwa dalam keadaan stres ekstrem, manusia dapat bereaksi dalam waktu kurang dari 200 milidetik.