youngthink.id – Seorang dokter spesialis penyakit dalam di RSUD Sekayu, Musi Banyuasin, Sumatera Selatan, mengalami tindakan intimidasi oleh keluarga pasien baru-baru ini. Insiden ini menjadi viral di media sosial setelah video yang menunjukkan momen keluarga memaksa dokter untuk membuka masker saat pelayanan beredar luas.
Dokter Syahpri Putra Wangsa, yang bertugas di rumah sakit tersebut, menjelaskan bahwa peristiwa tersebut membuktikan tantangan yang dihadapi tenaga kesehatan selama menjalankan tugas mereka. Ia menegaskan bahwa prosedur medis harus diutamakan untuk keamanan semua pihak.
Intimidasi yang Dialami Dokter
Insiden intimidasi terjadi saat dokter Syahpri sedang memberikan pelayanan kepada pasien. Ia menyatakan, “Pada kejadian tersebut saya dipaksa untuk membuka masker, tetapi di dalam ruangan perawatan tersebut tidak diperbolehkan.”
Dokter Syahpri mempertegas bahwa ia telah melaksanakan tugasnya sesuai dengan standar prosedur. “Saya sudah melaksanakan pelayanan sesuai prosedur dan memberikan pelayanan terbaik kepada pasien,” tambahnya.
Video berdurasi 1 menit 5 detik yang memperlihatkan insiden tersebut menjadi viral di banyak platform media sosial, menarik perhatian publik yang menganggap tindakan keluarga pasien sebagai tidak pantas.
Reaksi Keluarga Pasien dan Permintaan Maaf
Setelah mediasi, keluarga pasien mengeluarkan permintaan maaf. Putra, salah satu anggota keluarga, mengungkapkan, “Kami setelah kejadian langsung dimediasi, dan saya selaku keluarga pasien sudah meminta maaf.”
Ia juga mengakui bahwa tindakan mereka dipicu oleh emosi yang tinggi. “Saya akui pada saat itu emosi, tetapi kami terkejut mengapa video itu diviralkan di media sosial seolah-olah melakukan kekerasan kepada dokter,” jelasnya.
Reaksi di media sosial sangat beragam, banyak yang mengecam tindakan keluarga yang dianggap tidak memperhatikan situasi medis yang dihadapi dokter.
Langkah Hukum dan Mediasi oleh Pemkab
Dokter Syahpri mengambil langkah hukum dengan melaporkan tindakan intimidasi ke pihak kepolisian. Ini menunjukkan keseriusannya dalam mencari keadilan atas perlakuan yang diterimanya.
Pemerintah Kabupaten Musi Banyuasin juga turut campur dalam penyelesaian konflik ini dengan memfasilitasi mediasi antara kedua belah pihak. Mereka berusaha mendengar keterangan dari semua pihak untuk memahami insiden yang terjadi pada 12 Agustus 2025.
Mediasi ini diharapkan dapat meredakan ketegangan dan meningkatkan kesadaran tentang perlindungan tenaga kesehatan, terutama dalam kondisi yang penuh tantangan.