youngthink.id – Fenomena quiet quitting atau ‘keluar secara senyap’ kembali memanas di kalangan pekerja pada tahun 2025. Praktik ini menggambarkan sikap karyawan yang hanya menyelesaikan tugas minimal di tempat kerja tanpa meningkatkan komitmen.
Banyak pekerja mengaku terperangkap dalam rutinitas yang membosankan, membuat mereka mengurangi keterlibatan. Pertanyaannya, apakah tren ini akan terus berlanjut atau akan mulai meredup?
Apa Itu Quiet Quitting?
Istilah quiet quitting mulai dikenal sekitar tahun 2022, menggambarkan sikap disengagement karyawan dari pekerjaan mereka. Karyawan tidak pergi dari pekerjaan, melainkan hanya melakukan tanggung jawab dasar tanpa adanya gairah atau motivasi.
Fenomena ini timbul akibat berbagai faktor, termasuk kurangnya dukungan dari atasan, kondisi burnout, serta imbalan yang tidak sepadan dengan pekerjaan. Dalam survei terbaru, banyak pekerja yang menyuarakan ketidakpuasan terhadap kondisi tempat kerja yang mereka alami.
Hasil survei tersebut mencerminkan betapa pentingnya bagi perusahaan untuk memperhatikan kesejahteraan karyawan mereka. Kendala yang ada sering kali menjadi pemicu bagi karyawan untuk memilih sikap ‘quiet quitting’.
Dampak Quiet Quitting Terhadap Perusahaan
Quiet quitting dapat memberikan dampak negatif yang signifikan terhadap produktivitas perusahaan. Saat banyak karyawan tidak berinovasi atau aktif terlibat, hasil kerja tim secara keseluruhan akan menurun.
Beberapa perusahaan berusaha mengatasi fenomena ini dengan menawarkan program kesejahteraan mental serta pendekatan kerja yang lebih fleksibel. Meskipun demikian, banyak karyawan masih merasa kurang dihargai dan terjebak dalam siklus tersebut.
Dampak jangka panjang dari situasi ini dapat memengaruhi kinerja perusahaan, sehingga penting untuk menangani masalah ini dengan serius. Jika dibiarkan, perusahaan berisiko kehilangan talenta terbaik mereka.
Bagaimana Cara Mengatasi Quiet Quitting di 2025?
Untuk mengatasi fenomena quiet quitting, perusahaan perlu melakukan evaluasi mendalam terhadap budaya kerja mereka. Mengadopsi pendekatan yang inklusif serta memberikan dukungan emosional kepada karyawan sangat penting.
Selain itu, menawarkan kesempatan untuk pengembangan karier dan memberikan pengakuan atas kontribusi yang dilakukan karyawan bisa menjadi langkah efektif untuk meningkatkan keterlibatan. Penyelesaian ini tidak hanya akan membawa semangat baru, tetapi juga meningkatkan produktivitas.
Di tahun 2025, perusahaan yang responsif terhadap kebutuhan karyawan akan muncul sebagai pemenang. Dengan menyesuaikan kebijakan dan mendengarkan suara karyawan, mereka dapat mencapai hasil yang lebih baik dan berkelanjutan.