youngthink.id – Bupati Pati, Sudewo, menjadi pusat perhatian setelah melakukan permohonan maaf di tengah aksi demonstrasi yang berlangsung di depan kantor bupati pada Rabu (13/8). Dalam situasi yang memanas, ia harus menghadapi ketidakpuasan masyarakat yang protes terhadap kebijakan pajak yang dianggap memberatkan.
Dengan mengenakan kemeja putih, peci, dan kacamata hitam, Sudewo menggunakan pengeras suara dari atas mobil taktis polisi untuk menyampaikan permintaan maafnya, sebelum berhadapan dengan lemparan botol oleh massa.
Aksi Demonstrasi yang Memanas
Aksi demonstrasi besar-besaran di lingkungan kantor Bupati Pati dipicu oleh ketidakpuasan masyarakat terhadap kebijakan yang menaikkan Pajak Bumi dan Bangunan Pedesaan dan Perkotaan (PBB-P2) sebesar 250 persen. Meskipun pemerintah telah membatalkan kebijakan ini, massa pendemo tetap melanjutkan aksi, menuntut agar Bupati Sudewo mundur dari jabatannya.
Kerisauan berubah menjadi kericuhan ketika massa pendemo berusaha merusak properti pemerintah. Kaca kantor bupati dipecahkan dan gerbang kantornya dirusak, sementara beberapa mobil polisi juga dibakar oleh para pendemo yang marah dan frustrasi.
Polisi pun terpaksa melakukan tindakan tegas dengan menembakkan gas air mata serta menggunakan water canon, menyatakan bahwa situasi semakin anarkis karena diisi oleh elemen-elemen yang tidak bertanggung jawab.
Permohonan Maaf Bupati
Dalam situasi yang semakin memburuk, Sudewo akhirnya muncul di atap mobil rantis untuk menemui pendemo. Menggunakan pengeras suara, ia menyampaikan, ‘Saya mohon maaf yang sebesar-besarnya, saya akan berbuat yang lebih baik, terima kasih,’ kepada massa yang meluap emosi.
Namun, setelah menyampaikan permohonan tersebut, Sudewo justru langsung disambut dengan lemparan air mineral kemasan, bahkan sandal, dari pendemo yang belum memadamkan kemarahan mereka. Tindakan ini jelas mencerminkan betapa frustrasinya masyarakat terhadap sikap dan kebijakan yang diterapkan oleh bupati.
Permohonan maaf ini menunjukkan upaya Sudewo untuk menenangkan situasi, namun hasilnya justru sebaliknya, menekankan ketidakpuasan yang mendalam dari masa terhadap kepemimpinan saat ini.
Reaksi dan Tuntutan Pendemo
Aliansi Masyarakat Pati Bersatu menjadi lembaga yang memprakarsai aksi ini, dengan klaim bahwa kebijakan pajak yang dinaikkan sangat memberatkan masyarakat. Meskipun pemerintah daerah akhirnya membatalkan kebijakan tersebut, massa tetap mempertahankan tuntutan agar Bupati Sudewo mengundurkan diri.
Keberanian pendemo untuk terus melanjutkan aksi walaupun dalam situasi tegang mencerminkan ketidakpuasan yang mengakar. Tuntutan ini menunjukkan bahwa masyarakat menuntut perubahan yang lebih mendasar dalam pemerintahan lokal, bukan hanya sekadar revisi saat ada tekanan.
Aksi ini bukan hanya sekadar gerakan menolak kebijakan, tetapi juga representasi dari keinginan masyarakat untuk terlibat lebih aktif dalam penentuan masa depan daerah.