youngthink.id – Di tengah kesibukan hidup yang padat, tren healing kini semakin populer di kalangan masyarakat Indonesia. Namun, muncul pertanyaan, apakah healing benar-benar bisa mengurangi stres jika kantong mulai kering?
Fenomena Healing di Indonesia
Dalam beberapa tahun terakhir, istilah ‘healing’ menjadi populer di kalangan masyarakat, terutama anak muda, yang mengaitkannya dengan praktik relaksasi dan terapi. Aktivitas seperti meditasi, yoga, dan retreat spiritual menjadi pilihan yang banyak digemari ketika mencari keseimbangan mental.
Bermunculannya berbagai tempat healing menawarkan beragam paket dengan harga bervariasi, mulai dari yang terjangkau hingga yang mahal. Banyak orang yang rela mengeluarkan uang lebih untuk merasakan pengalaman healing, karena mereka menganggap hal tersebut penting untuk kesejahteraan mereka.
Biaya Healing yang Makin Melonjak
Namun, tren healing ini juga membawa dampak pada kondisi keuangan banyak orang. Terapi kesehatan mental dan spiritual yang berkualitas sering kali memerlukan biaya yang tidak sedikit, sehingga membuat beberapa orang merasa tertekan.
Mulai dari kelas yoga, sesi konseling mental, hingga penginapan di tempat-tempat retreat, semuanya memiliki harga yang bervariasi. Selepas akhir bulan, banyak yang merasa terbebani ketika pengeluaran untuk healing menguras kantong, sementara penghasilan tetap saja.
Healing vs. Stres: Apakah Ada Hubungannya?
Ketika biaya untuk healing terus meningkat, banyak yang bertanya-tanya apakah rasa stres yang mereka alami justru bertambah. Beberapa orang melaporkan bahwa setelah mengeluarkan banyak uang untuk healing, tekanan finansial justru membuat mereka merasa lebih cemas.
Sementara itu, sejumlah penelitian menunjukkan bahwa praktik-praktik seperti meditasi dan yoga bisa berkontribusi positif terhadap kesehatan mental. Jadi, terdapat dilema antara biaya yang dikeluarkan dengan manfaat yang didapat.