youngthink.id – Toxic positivity bisa menjadi jebakan halus dalam hubungan yang tampaknya sehat. Saat semua orang fokus pada sisi positif, perasaan negatif seringkali diabaikan, menimbulkan ketidaknyamanan bagi pasangan.
Apa itu Toxic Positivity?
Toxic positivity adalah sikap yang mendorong orang untuk selalu bersikap positif, bahkan dalam situasi yang sulit. Dalam konteks hubungan, ini bisa berarti mengabaikan atau meremehkan perasaan negatif pasangan.
Sikap ini sering kali muncul dengan ungkapan seperti ‘Ini akan baik-baik saja’ atau ‘Jangan memikirkan hal negatif’. Meskipun niat di balik kalimat tersebut baik, dampaknya bisa sangat merugikan.
Pasangan yang merasa diabaikan perasaannya bisa mengalami stres, kesedihan, atau ketidakpuasan dalam hubungan. Ini bisa menyebabkan keretakan di antara kedua belah pihak, sehingga penting untuk mendengarkan dan menghargai semua emosi.
Tanda-Tanda Toxic Positivity dalam Hubungan
Salah satu tanda utama dari toxic positivity adalah minimnya ruang untuk mengungkapkan perasaan negatif. Jika kamu atau pasangan sering merasa tidak nyaman untuk berbicara tentang kecemasan atau kesedihan, itu bisa menjadi masalah.
Tanda lain adalah ketika seseorang sering sekali mengatakan sesuatu seperti ‘Sabar ya, semua akan baik-baik saja’. Ini bisa terasa seolah-olah mereka mencoba untuk meredakan situasi tanpa menghadapi masalah sebenarnya.
Munculnya kebohongan emosional juga bisa menjadi indikator. Jika kamu merasa harus ‘pura-pura’ bahagia padahal sebenarnya tidak, itu bisa jadi pertanda bahwa hubungan tersebut terjebak dalam toxic positivity.
Cara Menghindari Toxic Positivity
Langkah pertama adalah membuka komunikasi dengan pasangan. Ajak mereka untuk berbagi perasaan tanpa rasa takut dikritik atau dihakimi.
Kamu juga bisa berlatih untuk merespons dengan empati daripada solusi. Misalnya, ketika pasanganmu mengungkapkan kesedihan, cukup dengarkan dan beri dukungan tanpa harus menawarkan solusi segera.
Selain itu, penting untuk menyadari emosi sendiri. Jika kamu merasa tertekan, jangan ragu untuk membicarakannya, bahkan jika itu berarti menunjukkan sisi rentan dari diri sendiri.