youngthink.id – Film animasi Merah Putih: One For All menjadi perbincangan hangat di media sosial menjelang tayangnya pada 14 Agustus 2025. Meskipun rilis bertepatan dengan HUT ke-80 RI, film ini sudah menghadapi kritik dari berbagai pihak.
Kritik tersebut mencakup kualitas animasi, biaya produksi yang besar, serta dugaan pembajakan aset kreator asing. Dalam menanggapi hal ini, Menteri Kebudayaan Fadli Zon meminta masyarakat untuk menonton film tersebut terlebih dahulu sebelum memberikan penilaian.
Kritik yang Mengemuka
Film Merah Putih: One For All telah menjadi sorotan negatif menyangkut kualitas animasi yang dianggap tidak memadai. Beberapa netizen berspekulasi bahwa film ini menjiplak karya kreator asing tanpa izin.
Belum lama ini, film ini juga menjadi viral di media sosial setelah terungkap dugaan bahwa tim produksi menggunakan aset milik pihak lain tanpa izin. Kritik ini datang dari Ketua Badan Perfilman Indonesia, Gunawan Paggaru, yang menyatakan bahwa ia melihat unggahan tentang hal tersebut.
Hal ini tentunya menambah daftar kritik yang ditujukan kepada film ini. Publik pun semakin penasaran bagaimana respons resmi dari pihak yang bertanggung jawab akan dugaan tersebut.
Respon Menteri Kebudayaan Fadli Zon
Menteri Kebudayaan Fadli Zon memberikan pandangannya mengenai kritik-kritik yang berkembang di masyarakat. Ia mengajak publik untuk menonton filmnya terlebih dahulu sebelum memberikan penilaian, ‘Ya kita lihat dulu lah ya, kita lihat dulu nanti filmnya kayak apa,’ ujarnya di Museum Nasional, Jakarta, pada 12 Agustus 2025.
Dalam kesempatan tersebut, Fadli juga menegaskan bahwa ia belum dapat memberikan komentar lebih lanjut karena dirinya belum menyaksikan film tersebut. ‘Film apa itu? Oh iya saya belum nonton, jadi saya belum bisa komentar,’ tuturnya.
Pernyataan ini mencerminkan sikap yang bijak dari Menteri Kebudayaan, menekankan pentingnya menilai sebuah karya setelah menyaksikannya secara langsung.
Dugaan Pembajakan Aset
Gunawan Paggaru, Ketua Badan Perfilman Indonesia, juga mengungkapkan keprihatinan terkait kemungkinan adanya pembajakan aset dalam film tersebut. Ia bertanya-tanya, ‘Itu perlu kita teliti gitu ya. Apa betul menggunakan (aset orang lain) itu,’ dalam wawancaranya dengan Medcom.id.
Menurutnya, jika dugaan itu benar, ada tantangan besar yang dihadapi oleh tim produksi. ‘Saya punya keyakinan itu, kenapa? Membuat aset itu kan enggak cepat,’ ujarnya, yang menunjukkan pendekatan yang lebih realistis terhadap industri animasi di Indonesia.
Dengan banyaknya permasalahan yang muncul, film ini tentunya menjadi perhatian untuk dilihat bagaimana implikasi terhadap industri perfilman Indonesia di masa mendatang.